JUST ENJOY WITH THIS BLOG, FOR ALL ANIMAL LOVERS

BUDIDAYA AYAM PEDAGING


BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING
1. SEJARAH SINGKAT
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
2. SENTRA
Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi
3. JENIS
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di
pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
4. MANFAAT
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1)
penyediaan kebutuhan protein hewani
2)
pengisi waktu luang dimasa pensiun
3)
pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4)
tabungan di hari tua
5)
mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)
Sumber
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. MiG corp. Teknologi
5. PERSYARATAN LOKASI
1)
Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2)
Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3)
Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35oC, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2) Peralatan
a.
Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b.
Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
c.
Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
Sumber
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. MiG corp. Teknologi
d.
Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e.
Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
6.2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a)
ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b)
pertumbuhan dan perkembangannya normal
c)
ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d)
tidak ada lekatan tinja di duburnya.
1)
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:
a.
Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b.
Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c.
Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d.
Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e.
Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f.
Tidak ada letakan tinja diduburnya.
2)
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.
6.3. Pemeliharaan
1)
Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
-
kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
-
kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, Sumber
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. MiG corp. Teknologi
minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
-
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
-
kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
-
kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.
Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a.
Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b.
Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
c.
Pemberian probiotik MiG Ternak / migro SUPLEMEN dicampur pada air minum cara pemberiannya adalah sebagai berikut :

Umur 1 – 7 hari : Pemakaian MiG Ternak/migroSUPLEMEN adalah 30ml /hari/1000 ekor.

Umur 8 – 14 hari : Pemakaian MiG Ternak/migroSUPLEMEN adalah 60ml /hari/1000 ekor.

Umur 15 – 20 hari : Pemakaian MiG Ternak/migroSUPLEMEN adalah 90ml /hari/1000 ekor.

Umur 21 keatas : Pemakaian MiG Ternak/migroSUPLEMEN adalah 100ml /hari/1000 ekor. Diberikan hanya 2 hari sekali.
Sumber
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. MiG corp. Teknologi

Bila sedang aplikasi vaksin, pemberian probiotik MiG Ternak / migro SUPLEMEN pada hari tersebut dihentikan, diberikan kembali keesokan harinya.
Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1)
Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2)
Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
7.2. Hama
1)
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus. Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15%
Sumber
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. MiG corp. Teknologi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BUDIDAYA AYAM PETELUR (Gallus sp.)


BUDIDAYA AYAM PETELUR
(Gallus sp.)
BUDIDAYA AYAM PETELUR
1.    SEJARAH SINGKAT
       Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga
menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
2.    SENTRA PETERNAKAN
       Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
3.    J E N I S
            Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1)  Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
2)  Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.

4.    MANFAAT
       Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
5.    PERSYARATAN LOKASI
     1)    Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2)  Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3)  Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.

6.    PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
            Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
6.1.      Penyiapan Sarana dan Peralatan
  1. Kandang
    Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.

    Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.

    Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.

    Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
  2. Peralatan
a.  Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c.  Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
  1.  

6.2.      Peyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
  1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
    Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
a.  Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.
b. Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
c.         Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.
-   Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
-   Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
-   Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
-   H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
-   Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
-   Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
-   Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
-   Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
-   Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
-   Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
-   Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
-   Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
-   Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.

2.       

6.3.      Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
  2. Pemberian Pakan
    Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a.         Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
-   Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
-   Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b.         Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
-   Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
-   Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

  1. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a.  Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b.  Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
  1.  
  2. Pemberian Vaksinasi dan Obat
    Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:

    Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

    Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

    Macam-macam vaksin:
    a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
    b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
    c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.
    d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
    e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

    Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
    a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
    b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
    c) Sterilisasi alat-alat.
6.      Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.


7.    HAMA DAN PENYAKIT
            7.1.      Penyakit
1.  Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika
2.  Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3.  Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4.  Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
5.  Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
6.  CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
7.  Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.

7.2.      Penyakit karena Virus
1.  Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
2.  Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
3.  Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
4.  Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.
5.  Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.
6.  Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.

7.3.      Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
1.  Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalam
tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun.
P
engendalian: belum ada.
2.  Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.

7.4.      Penyakit karena Parasit
1.  Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
2.  Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.

7.5. Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.

8.    P A N E N
       8.1.           Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
8.3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
8.4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

9.    PASCA PANEN
       ---
10.  ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
            10.1.    Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.

1) Biaya produksi
a.  Modal tetap (investasi)
- Kandang dan atap
- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-
Jumlah biaya modal tetap                                             
Rp. 225.000,-
Rp. 2.626.000,-
Rp. 2.850.000,-
b.  Modal kerja/variabel
- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30
- Penyusutan kandang (4tahun)
- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)
- Obat-obatan
- Resiko kematian 3% per tahun                                   
Rp. 490.000,-
Rp. 4.700,-
Rp. 109.375,-
Rp. 1.000,-
Rp. 6.565,-
     Jumlah biaya modal kerja                                          Rp. 611.640,-
     Jumlah biaya prasarana produksi                        Rp. 611.640,-

2) Pendapatan
a.  Telur 60 x Rp. 650,- x 30                                          Rp. 1.170.000,-
b.  Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,-                         Rp. 58.750,-
     Jumlah pendapatan                                                Rp. 1.228.750,-

3) Keuntungan
a.  Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,-                               = Rp. 617.110,-

4) Parameter kelayakan usaha
a.  B/C ratio                                                                   = 2,0

Keterangan :
- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
- Diperlukan luas tanah 40 m2
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal.

Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.

11.  DAFTAR PUSTAKA
      1.   Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
2.   Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

12.       KONTAK HUBUNGAN
1.   Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2.   Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

        
       Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
www.disnak.jabarprov.go.id


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penyakit Cacing pada Kambing Etawa


Terkadang dalam beternak kambing etawa banyak factor yang mengakibatkan ketidak berhasilan dalam usaha ini di karenakan kita tidak memahami beberapa hal kecil namun berakibat fatal dalam perkembangan peternakan
Ketika peternak pemula atau orang yang sangat awam mengenai beternak kambing etawa memulai beternak semestinya harus mempelajari berbagai factor yang mempengaruhi perkembangan serta seluk beluk yang menghambat dalam beternak kambing etawa , Kebanyakan dari peternak baru tidak menyadari hal ini termasuk pada masalah penyakit ringan seperti cacingan
Penyakit cacingan pada kambing etawa memang tak segera mematikan kambing atau tak membuat kambing segera mati namun cacing pada kambing etawa tentu saja sangat mengganggu perkembangan kambing etawa
Harus kita fahami jika cacing berkembang dalam kambing etawa maka sudah barang tentu mengakibatkan kambing etawa menjadi kurus sementara kambing akan tetap makan banyak namun tak kunjung menjadi besar dan pertumbuhan kambing serta  perkembangan nya sangat terganggu
Cacing pada kambing etawa umum nya terbawa oleh makanan dan masuk ke dalam perut kambing dan berkembang di dalam lambung kambing etawa,
Saat cacing berkembang dalam lambung kambing dan tak terkontrol maka sudah dapat di pastikan semua nutrisi yang di butuhkan untuk perkembangan kambing etawa akan habis di curi oleh cacing tersebut
Rerumputan atau hijauan yang tercampur tanah di duga adalah factor paling tinggi penyebab cacingan pada kambing etawa.
Cacing umumnya terbawa oleh rumput dan masuk dalam alat alat pencernaan kambing dan akan tumbuh di dalam tubuh kambing
Secara fisik kambing etawa yang terkena cacingan akan nampak kurus walaupun kambing tersebut memiliki nafsu makan yang besar , namun biasanya akan nampak kurus setelah lebih dari 6 bulan
Nah tentu saja menjadi salah satu kendala bagi kita jika kambing etawa yang kita pelihara ternyata cacingan sementara kita tidak mengetahui secara fisik .
Maka untuk menghindarkan kambing kita terkena cacingan kita harus selektif dalam memberi makan kambing etawa dengan cara memilih dengan seksama pakan atau hijauan yang akan kita berikan serta menghindarkan makanan seperti rerumputan yang masih terkena tanah basah
Salah satu hal yang paling efektif tentu saja adalah dengan pemberian obat cacing secara berkala sekitar 2 atau 3 bulan sekali
Obat cacing pada kambing etawa kalau di daerah purworejo lumayan gampang di cari ada yang berbentuk cair dan ada yang berbentuk kapsul serta pil
Pengalaman saya sendiri biasanya menggunakan obat yang berbentuk kapsul atau pil karena relative mudah untuk di berikan dengan cara di paksa makan ( cokol ) atau kita bisa campurkan pada makanan yang akan di berikan pada kambing etawa
Bisa juga pemberian obat cacing berpentuk pil atau kaplet dengan cara mencampur dalam minuman yang akan di minum oleh kambing etawa
Pemberian obat cacing pada kambing bisa juga dengan injeksi namun dalam hal ini kita harus benar benar memahami cara injeksi yang tepat dan benar jika anda belum tahu caranya lebih baik memanfaatkan ke ahlian matri hewan atau dokter hewan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Induk kambing mengadopsi anak

Kala itu saya berkunjung ke sebuah peternakan kambing lebih tepatnya kambing peranakan ettawa di Cangkringan Jogjakarta. Banyak sekali juragan – juragan pemilik kambing yang sukses dan berhati ramah. Ingin rasanya mempunyai peternakan kambing dan menjadi salah satu dari peternak sukses tersebut.


Sesuai namanya Peranakan Ettawa adalah salah satu jenis kambing persilangan antara kambing Ettawa dari India dan kambing kacang dari Indonesia. Meskipun agak sedikit berbeda dengan kambing ettawa yang asli dari segi fisik namun produksi susu kambing peranakan ettawa hampir sebanding dengan induknya. Para peternak memilih untuk membudidayakan kambing ini karena alasan multi fungsi. Selain bisa diambil dagingnya juga dapat dimanfaatkan susu nya selain itu juga bisa diikutkan kontes ettawa yang diadakan beberapa minggu yang lalu di lapangan GSP UGM. Agak sedikit aneh ketika saya mengunjungi peternakan tersebut saat saya melihat satu induk betina menyusui kurang lebih 4 ekor anakan. Saya berpikir, kok bisa ya air susu induk itu mengalir terus tanpa henti di “sedot” oleh 4 anaknya. Yang jadi pertanyaan juga apakah keempat anakan itu hasil murni reproduksi induk betina tersebut. Setelah bertanya – tanya kesana kemari akhirnya terjawab juga, ternyata 4 anakan itu tidak semua anak murni dari induk tersebut yang artinya 3 murni hasil kelahiran induk tersebut namun yang satu adalah hasil adopsi. Sebenarnya induk betina tersebut tidak akan mau jika air susu nya di minum selain anaknya. Induk kambing dapat mengenali anaknya dengan mencium bau nya,namun berbeda dengan yang ini karena anak kambing tersebut sudah diadopsi, waktu yang tepat untuk mengadopsi anak kambing adalah saat induk kambing melahirkan. Dengan cara mengusapkan anak kambing yang baru dilahirkan kepada anak kambing yang mau diadopsi atau oleskan anak kambing yang akan dititipkan dengan cairan yang keluar dari alat kelamin sesaat sesudah melahirkan sehingga anak kambing yang akan diadopsi memiliki bau yang sama dengan anak kambing tersebut yang akan mengelabui induk asuh dan akan menerimanya. Alasan kenapa anak kambing tersebut diadopsi setelah diselidiki ternyata induk kambing tersebut mati sehingga anak kambing yang masih dibawah 1 bulan tersebut butuh nutrisi untuk perkembangan tubuhnya demi menjaga kelangsungan hidupnya. Ternyata mudah sekali ya kalo mau mengadopsi anak kambing. Kalo anak manusia?? hehe

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Antraks yang Menjadi Ancaman

Akhir – akhir ini masyarakat Indonesia sering di hebohkan dengan terjadinya penyakit antrak yang menyerang hewan ternak. Tidak hanya sapi yang terinfeksi oleh penyakit ini, namun penyakit ini ternyata mampu menyerang kambing, domba, kerbau, kuda, rusa dan babi. Masyarakat Indonesia menyadari hal ini, sejumlah kecamatan di daerah sragen, boyolali, Temanggung dll. harus menerima kenyataan akan hewan ternak yang mengalami kematian mendadak, terkadang kematian ini juga tanpa sebab karena tidak ada tanda – tanda sakit atau gejala mencurigakan sebelumnya tiba – tiba hewan ternak “ambruk” jatuh di tanah dan tidak berapa lama kemudian mati. Namun meskipun peternak sudah tahu kalau hewan ternak tersebut mati karena penyakit tetapi terkadang peternak tidak ingin mengalami kerugian mereka malah memotong daging sapi tersebut kemudian tetap menjualnya, hal ini disebabkan minimnya pengetahuan peternakan akan bahaya penyakit antraks.

Antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis , biasanya bakteri ini hidup di tanah. Di alam bebas bakteri ini dapat hidup bebas karena mampu membentuk spora untuk bertahan puluhan tahun di tanah. Bila situasi / kondisi tanah cocok dengan kuman, misalnya tanah becek maka B.anthracus akan terserap ke dalam akar tanaman dan akan melanjut ke daun atau buah yang dapat menginfeksi ternak maupun manusia yang mengkonsumsinya. Antraks merupakan penyakit zoonosis yang mampu menular dari hewan ke manusia, penularan dapat melalui mengkonsumsi makanan daging yang terkena antrakhs atau bahkan dapat juga penularan melalui udara dengan jalan menghirup udara yang mengandung spora, selain itu antraks dapat juga menular melalui air susu hewan ( sapi, kambing) penderita anthraks yang di minum manusia. Oleh karena itu air susu, daging atau bagian lain tubuh hewan penderita antraks sama sekali tidak boleh termakan manusia. Antrakhs bisa menginfeksi kulit, paru paru dan saluran pencernaan. Selain hal tersebut antraks juga mampu menginfeksi manusia melalui luka yang terdapat pada kulit. Penularan antraks dari hewan satu ke hewan yang lainnya pada umumnya ditemukan melalui saluran pencernaan, spora makanan akan termakan hewan bersama sama rumput, daun atau makanan lain yang mengandung spora tersebut. Selain hal tersebut penularan pada kulit yang terluka dan melalui saluran pernafasan dengan perantara angin dapat juga menjadi cara penularan antrak sama hal nya seperti penularan antrakhs dari hewan ke manusia, lalat penghisap darah Tabanus sp. Dan Stomoxys sp. Juga dapat menjadi perantara penularannya. Di dalam bangkai hewan yang terinfeksi antrakhs akan ditemukan B. anthracis di hampir semua organ, pembuluh darah dan segala hal yang keluar dari bangkai mengandung bakteri tersebut. Bila B.anthracis ini bersiggungan dengan oksigen akan mengakibatkan terbetuknya spora sehinga bakteri ini akan hidup lebih lama di dalam tanah dan akan tersebar di terbangkan angin yang akan mencemari apa saja misalnya pada air minum, makanan dll, bila termakan atau terminum atau menempel pada kulit yang terluka maka akan menjadikan kuman ini aktif dan terus berkembang biak. Penyakit Antraks memang sangat mencemaskan warga Indonesia saat ini apalagi jika daerah tersebut sudah pernah terjadi serangan antrakhs biasanya daerah tersebut akan menjadi daerah endemiks antrak. Untuk mencegah penyakit antrak memang diperlukan kerjasama antara pemerintah daerah atau pusat dengan para peternak, biasanya hal ini dilakukan dengan penyuntikan vaksin agar ternak tahan terhadap penyakit. Selain itu seharusnya perlu ditingkatkan pula penyuluhan mengenai penyakit – penyakit yang dapat timbul pada hewan ternak khususnya penyakit antrahks agar peternak memiliki modal lebih dalam membuka usaha peternakannya.

 Sumber : http://www.pojok-vet.com/Peternakan/penyakit-antraks/All-Pages.html 
 Atmawinata,edi.2006. Penyakit menular dari hewan ke manusia. Yrama Widya : bandung

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesejahteraan Hewan,Seberapa pentingkah ??

Apa yang anda bayangkan jika saya menulis judul diatas? mungkin banyak orang yang menyepelekan dengan apa yang saya tulis sebagai judul tersebut. Kebanyakan orang berpikir untuk apa sih kesejahteraan hewan (kesrawan) itu ada. boro - boro ngomong tentang Kesrawan, masalah kesejahteraan umat manusia saja masih belum optimal. Ya, memang kita boleh meremehkan makna dari kesrawan, tapi patut di ingat bahwa kesrawan berpengaruh juga dengan kesejahteraan manusia. Bagi para pecinta hewan atau biasa disebut animal lovers, pasti sudah mengerti tentang manfaat adanya kesejahteraan hewan ini.

Kesejahteraan hewan atau dalam bahasa asing disebut animal welfare adalah suatu keadaan dimana hewan tersebut merasa sejahtera baik dari segi lingkungan maupun manusia yang memanfaatkannya. misalnya kita tidak boleh semena - mena terhadap hewan karena hewan juga makhluk yang mampu bernafas dan bergerak sama dengan manusia yang mempunyai hak untuk hidup. saya kira tingkat animal welfare di Indonesia ini masih miris, melihat kenyataan di lapangan. Teringat, saat penyiksaan sapi dari Australia diimpor dan disalah gunakan oleh para penjagal dari Indonesia. Sungguh sangat memilukan melihat kenyataan itu, sebelum disembelih sapi - sapi tersebut dibuat menderita hingga mengalami "pincang" di salah satu kakinya. Hingga akhirnya Australia memutuskan untuk tidak mengekspor lag sapi mereka Ke indonesia. Berkah atau kutukan kah ini?? Hewan berhak diperlakukan sama dengan manusia, hewan harus bebas dari rasa lapar dan haus, hewan harus bebas dari penyakit, hewan bebas dari rasa ketidaknyamanan, hewan bebas melakukan perilaku alaminya, hewan bebas dari rasa takut. Sebenarnya jika kita mampu meningkatkan kesejahteraan hewan tentu saja mutu manusia juga akan meningkat juga. Misal, jika kita mempunyai hewan peliharaan atau menemukan hewan peliharaan anjing / kucing yang sakit (rabies) dan kita mempunyai kepedulian terhadap hewan tersebut untuk segera melaporkan ke dinas setempat bukan tidak mungkin penularan penyakit rabies ke manusia dapat dikurangi. begitu juga halnya dengan virus Ai ( avian Influenza ) jika peternak mempunyai kepedulian terhadap unggas tersebut, kemungkinan virus AI tak akan menyebar seluas ini di Indonesia. Tingkat Penyakit Rabies di Indonesia sampai saat ini tertinngi berada di Ambon dan Bali. Mengapa hal ini terjadi? salah satu penyebabnya adalah kurangnya respect masyarakat terhadap hewan hewan tersebut. Sebenarnya sudah ada peraturan perundang undangan mengenai kesejahteraan hewan yaitu UU NO.18 Tahun 2009 namun peraturan tersebut belum dilakukan secara maksimal oleh penduduk Indonesia ( ini Indonesia bung bukan Amerika). salah satu alasan mengapa perundangan tersebut belum dilaksanakan adalah karena tidak tegasnya sangsi yang diterapkan oleh peraturan tersebut sehinggan masyarakat seakan mengabaikan peraturan tersebut dan mungkin belum tahu jika perundangan tersebut sudah dibuat. selain itu Masyarakat hanya menganngap bahwa hewan hanyalah sekedar hewan yang tak pantas untu disayangi. Jadi kesejahteraan hewan selain akan mensejahterkan hewan tersbut tentunya juga akan mensejahterakan umat manusia. so tunggu apalagi, sayangi binatang seperti kita menyayangi manusia ..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Welcome To my Fourth blog

Ini adalah blog keempat saya. Dari keempat blog tersebut hanya 2 blog yang masih aktif yaitu blog ini dan muyblog. well ini bukan web ataupun blog resmi, tapi blog ini akan memberikan pengetahuan yang akan dikemas tidak terlalu formal dan tidak terlalu santai tapi dengan gaya bahasa saya sendiri.
alamat blog ini adalah monieziaexpansa.blogspot.com


mungkin banyak yang tidak mengerti tentang kata - kata tersebut tapi untuk yang bergerak di medis terutama medis veteriner sudah tak asing lagi dengan kata tersebut. yap, Moniezia expansa adalah sejenis cacing pipih sejati ( bukan semu ) yang bagi saya memiliki ke khas an sendiri. Cacing ini saat masih bertelur memiliki bentuk yang berbeda dengan cacing pada umumnya lebih tepatnya berbentuk segitiga. sesuai dengan blog saya ini, blog ini masih tahap / fase telur tapi dengan harapan memiliki sesuatu yang berbeda dengan blog lain.salam blogger...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS